Perbedaan GERD dan Gastritis: Gejala dan Pengobatannya

Author Elfie V
Elfie V.

Pecinta masakan yang selalu bersemangat untuk menciptakan hidangan lezat dan nikmat.

Apa itu GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)?

Image by Lifestylememory - Freepik
Image by Lifestylememory - Freepik

GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah suatu kondisi dimana asam lambung atau isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Ini dapat menyebabkan mulas dan gejala lainnya. GERD merupakan masalah yang umum, sekitar 1 dari 5 orang yang terkena penyakit ini. GERD disebabkan karena adanya masalah pada Lower Esophageal Sphincter (LES). LES adalah otot berbentuk cincin yang berfungsi memisahkan lambung dari kerongkongan.

Pada umumnya, LES akan mengendur/membuka untuk memberi jalan pada makanan yang masuk ke lambung dan kemudian mengencang/menutup lagi untuk menjaga agar asam lambung dan empedu tidak mengalir kembali ke kerongkongan. Jika LES melemah atau tidak dapat menutup rapat, asam lambung dan empedu dapat mengalir kembali ke kerongkongan. Ini yang menyebabkan peradangan dan mulas. GERD dapat diobati dengan mengonsumsi obat-obatan dan perubahan gaya hidup agar kondisinya membaik. Dalam kasus yang parah, mungkin memerlukan operasi untuk mengobatinya.

Apa itu Gastritis?

Image by benzoix - Freepik
Image by benzoix - Freepik

Menurut Johns Hopkins Medicine, gastritis adalah suatu kondisi yang menyebabkan adanya peradangan pada lapisan atau dinding lambung yang sangat mengiritasi. Gejala yang paling umum adalah rasa terbakar atau sakit pada perut. Gangguan lambung lainnya, termasuk mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Gastritis dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk infeksi, penggunaan alkohol yang berlebihan, atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Pengobatan ini tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri, maka orang tersebut memerlukan antibiotik. Jika penyebabnya terkait dengan pengobatan yang sedang dipakai, maka pengobatan tersebut perlu dihentikan. Namun, dalam kebanyakan kasus, gastritis sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

Mengenali Perbedaan GERD dan Gastritis

Image by wayhomestudio - Freepik
Image by wayhomestudio - Freepik

Gatritis dan GERD merupakan dua kondisi dari pencernaan yang dapat menyebabkan berbagai gejala. Meskipun kedua kondisi tersebut memiliki beberapa gejala yang sama, ada perbedaan utama di antara keduanya. GERD merupakan asam lambung yang naik ke kerongkongan yang dapat menyebabkan mulas dan gejala lainnya. Dan gastritis merupakan suatu kondisi dimana lapisan lambung menjadi meradang (sakit lambung). Hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala seperti mual, muntah, dan sakit perut.

GERD biasanya diobati dengan obat-obatan yang dapat mengurangi produksi asam lambung, sedangkan gastritis sering diobati dengan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi peradangan dalam lambung. Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengobati GERD, sedangkan gastritis biasanya sembuh tanpa adanya pengobatan.

Penyebab GERD dan Gastritis

Salah satu penyebab GERD adalah Hiatal Hernia. Hiatal Hernia adalah suatu kondisi di mana bagian atas perut mendorong ke atas melalui diafragma dan masuk ke dada. Ini dapat memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan dan menyebabkan gejala GERD. Kemungkinan penyebab GERD lainnya adalah obesitas. Orang yang mengalami obesitas lebih mungkin mengalami refluks daripada mereka yang tidak obesitas. Ini mungkin terjadi karena adanya kelebihan berat badan yang memberi tekanan pada perut, menyebabkan asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan.

Penyebab lainnya adalah merokok. Asap rokok dapat melemahkan sfingter esofagus bagian bawah, sehingga kemungkinan besar asam lambung akan mengalir kembali ke kerongkongan. Stress juga menjadi salah satu penyebab GERD. Stress dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti masalah keuangan, masalah kesehatan, masalah keluarga, maupun di tempat kerja atau sekolah. Saat stress, tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini dapat menyebabkan otot-otot di perut menjadi tegang, yang menyebabkan gejala GERD seperti mulas dan refluks asam.

Image by ASphotofamily - Freepik
Image by ASphotofamily - Freepik

Untuk gastritis, tak hanya satu penyebab saja. Sebaliknya, ada banyak hal yang dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada lapisan lambung. Beberapa penyebab utamanya termasuk: bakteri Helicobacter pylori, penggunaan NSAID (obat anti-inflamasi non-steroid), makan makanan tinggi lemak, penyalahgunaan alkohol, dan merokok. Selain itu, stress dan diet juga dapat memperburuk kondisi tersebut. Misalnya, makan makanan pedas atau makanan yang mengandung asam dapat memperburuk lapisan perut dan menyebabkan gejala seperti mual, muntah, dan sakit perut.

Dalam beberapa kasus, gastritis mungkin disebabkan oleh usia manusia (lanjut usia) dan mempengaruhi lapisan pada perut. Seiring bertambahnya usia, lapisan perut menjadi lebih tipis dan kurang mampu menahan asam lambung. Hal ini dapat menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Penyebab lain yang paling umum adalah stress atau rasa cemas yang berlebihan. Ketika seseorang sedang stress, tubuh melepaskan hormon yang disebut kortisol. Hormon ini dapat menyebabkan lambung memproduksi lebih banyak asam, yang dapat menyebabkan gastritis.

Gejala Gastritis dan GERD

Salah satu gejala utama GERD adalah regurgitasi, yaitu kondisi dimana makanan yang sudah tertelan akan naik kembali ke mulut. Regurgitasi ini bisa sangat mengganggu, menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu fungsi makan sehari-hari. Selain regurgitasi, penderita akan memiliki tanda dan gejala lain, seperti nyeri dada, terutama setelah makan atau saat berbaring.

Refluks asam lambung ditandai dengan sensasi terbakar di bagian tenggorokan yang disebut heartburn, suara serak atau batuk persisten yang tidak kunjung sembuh, dan bahkan sulit menelan makanan. Gejala ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan menjadi penyakit yang harus diobati dengan serius. Penting bagi penderita yang memiliki gejala tersebut untuk segera mencari bantuan medis dan menjalani pemeriksaan agar dapat memperoleh diagnosis dan perawatan yang tepat.

Image by macrovector - Freepik
Image by macrovector - Freepik

Untuk gastritis, gejala yang terjadi biasanya meliputi nyeri perut, sensasi terbakar di lambung, mual, muntah, dan perubahan nafsu makan. Beberapa penderita juga dapat mengalami tanda-tanda lain seperti sakit perut, gangguan pencernaan, dan menurunnya berat badan. Kondisi ini sering kali dihubungkan dengan kebiasaan buruk seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, serta pola makan yang tidak sehat.

Jika gastritis tidak ditangani dengan baik, bisa saja berkembang menjadi penyakit yang lebih serius, seperti gastritis akut atau bahkan kanker lambung. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali gejala-gejalanya dan segera mencari pengobatan yang tepat. Konsultasikan dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai dengan kondisi kita, serta mengadopsi pola hidup yang lebih sehat untuk mencegah penyakit ini kambuh.

Diagnosis Gastritis dan GERD

GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease merupakan kondisi medis dimana naiknya asam lambung ke esofagus atau kerongkongan dan menimbulkan gejala seperti nyeri dada dan lambung terbakar. Untuk mendiagnosa GERD memerlukan pemeriksaan medis yang akurat dan lengkap.

Salah satu tes yang umum dilakukan adalah Upper Endoscopy. Upper Endoscopy melibatkan penggunaan endoskop yang dimasukkan melalui mulut dan esofagus ke dalam lambung. Melalui endoskopi, dokter dapat melihat apakah ada adanya inflamasi atau kerusakan pada esofagus dan lambung yang dapat menunjukkan adanya rekurensi dari asam lambung ke esofagus.

Selain itu, pemeriksaan Ambulatory Esophageal pH Monitoring juga dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman esofagus selama periode waktu tertentu. Hal ini dapat membantu dokter dalam menentukan apakah seseorang mengalami refluks asam yang berlebihan yang dapat mengindikasikan terjadinya GERD. Tak hanya itu, dengan menggunakan alat Esophageal Manometry, dokter dapat mengukur kekuatan otot esofagus dan mengevaluasi apakah fungsinya berjalan dengan normal atau tidak.

Adapun Barium Swallow, tes ini dilakukan dengan meminum larutan barium yang kemudian memvisualisasikan dengan menggunakan sinar-X. Tes ini memungkinkan dokter melihat apakah ada kelainan atau penyempitan pada esofagus yang disebabkan oleh gejala GERD. Dengan menggunakan berbagai tes ini, dokter dapat mendiagnosa GERD dengan lebih akurat dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

Untuk gastritis, terdapat beberapa metode diagnostik yang digunakan untuk menentukan kondisi ini. Salah satu metode yang digunakan adalah tes darah yang dapat menilai adanya anemia, yang bisa terkait dengan gastritis kronis atau pendarahan pada lapisan perut. Tes darah ini mengukur kadar sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam darah. Selain itu, tes tinja juga bisa dilakukan untuk memeriksa keberadaan bakteri yang disebut Helicobacter pylori, yang dapat menyebabkan gastritis.

Jika hasil tes ini tidak memberikan hasil yang pasti atau diperlukan penelitian lebih lanjut, maka akan direkomendasikan untuk melakukan Upper Endoscopy. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan endoskop (tabung panjang yang fleksibel dengan kamera di ujungnya) ke dalam tenggorokan untuk memvisualisasikan lapisan perut dan mengambil sampel jaringan untuk analisis lebih lanjut.

Selain itu, ada juga pemeriksaan dengan menggunakan Barium Swallow, dimana pasien akan meminum larutan barium dan kemudian dilakukan pemeriksaan dengan sinar-X. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi adanya kelainan atau perubahan dalam bentuk dan struktur perut.

Pengobatan GERD dan Gastritis: Perubahan Gaya Hidup

Image by jcomp - Freepik
Image by jcomp - Freepik

Salah satu cara untuk mengatasi GERD adalah dengan mengubah gaya hidup dan memperbanyak konsumsi sayuran dan buah. Perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti menghindari makanan pedas, mengurangi makanan yang mengandung asam, serta minum air putih yang cukup. Selain itu, penting juga untuk menghindari kebiasaan merokok dan mengurangi konsumsi minuman beralkohol, karena hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya refluks asam. Sangat disarankan untuk makan dalam porsi kecil dan mengunyah dengan perlahan.

Jika perubahan gaya hidup tidak memberikan hasil yang diharapkan, dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan medis. Berdasarkan post di Mayo Clinic, pengobatan medis dapat berupa obat antasida (menetralkan asam lambung) atau Proton Pump Inhibitors (menghambat produksi asam lambung). Jika sudah parah, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan operasi.

Ada beberapa jenis makanan yang dapat memicu atau memperburuk gejala GERD pada beberapa orang. Salah satunya, seperti makanan berlemak atau tinggi lemak, terutama lemak jenuh dan trans, dapat memperlambat pengosongan lambung dan mengendurkan katup antara esofagus dan lambung, yang dapat meningkatkan risiko refluks asam.

Begitu juga dengan makanan yang pedas atau mengandung cabai, dapat memicu kenaikan asam lambung dan menyebabkan gejala GERD. Mengonsumsi jeruk, lemon, tomat, dan produk berbasis tomat (seperti saus tomat atau pasta) juga dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung. Minuman berkafein seperti kopi, teh, dan minuman berenergi lainnya dapat mempengaruhi otot esofagus dan menyebabkan refluks asam.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang mungkin memiliki toleransi makanan yang berbeda. Jadi, meskipun makanan-makanan ini umumnya diketahui dapat memicu GERD, reaksi pada tiap orang dapat bervariasi. Jika kalian mengalami GERD, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan saran dan pengobatan yang sesuai.

Author Elfie V
Elfie V.

Pecinta masakan yang selalu bersemangat untuk menciptakan hidangan lezat dan nikmat.

Blog Lainnya

Feedback x

We appreciate hearing from you and will review your comments carefully.

Submit